Tuesday 22 May 2018

sejarah sosiologi islam

SEJARAH SOSIOLOGI ISLAM

Secara umum, hal hal yang di sebut oleh setiap mazdab pemikiran, setiap agama dan setiap nabi juga merupakan factor perubahan social yang fundamental dan efekti dalam aliran itu.
Seluruh ayat Al-qur’an tertuju pada al-nas yaitu manusia, kata al-nas adalah kata yang sangat bernilai untuknya ada sejumlah sinonim, namun kata satu satunya yang menyerupai secara struktural dan fenotis adalah kata massa. Dalam sosiologi massa meliputi semua orang tanpa ada perbedaan perbedaan antar kelas yang ada di antara mereka atau membedakan karakter karakter yang menjauhkan satu kelompok dari lainnya. Oleh karena itu massa untuk manusia saja tanpa kelas khusus.
Islam adalah aliran pemikiran social pertama yang mengakui massa sebagai factor dasar, fundamental, dan sadar dalam menentukan sejarah.
Secara etimologis ashabiyah berasal dari kata ashaba yang berarti meningkat. Secara fungsional ashabiyah menunjuk pada ikatan sosial budaya yang dapat di gunakan untuk mengukur kekuatan kelompok sosial dan solidaritas sosial dengan menekan pada persatuan kelompok. Tanpa di barengi ashabiyah maka keberlangsungan dan eksistensi suatu negara, dinasti dan kerajaan akan sulit terwujud serta negara tesebut berada dalam ancaman disintegrasi dan menuju kehancuran.
Ibnu khaldun membagi istilah ashabiyah menjadi dua macam pengertian. Pertama, yaitu konsep persaudaraan(brotherhood). Dalam sejarah peradaban islam konsep ini membentuk solidaritas sosial masyarakat islam untuk saling bekerja sama. Semangat ini mendorong kekuatan yang sangat dahsyat dalam menopang kebangkitan dan kemajuan peradaban. Pengertian yang kedua bermakna negatif, yaitu menimbulkan rasa kesetiaan dan fanatisme membuta yang tidak di dasarkan pada kebenaran.
Bagi islam awal perdebatan teologis yang terpenting ialah mengenai ajaran dari rahmat dari tuhan. Tradisi mengkaji islam sebagai objek studi ilmu ilmu sosial atau sosiologi telah lama dilakukan dengan cara yang tidak an sich (pada hakekatnya) ilmu sosial. Adanya tulisan tokoh sosiologi seperti Max Weber tentang islam menjadi menarik, meski belum utuh dalam mengkaji islam tetapi tulisan tentang islam dan nabi Muhammad telah memberikan kerangka awal bagaimana sosiologi mengkaji islam.
Pendekatan rasionalisme weber dalam menjelaskan islam, tampaknya tidak di sertai dengan objektivikasi yang kuat, penjelasannya dapat di sebutkan bahwa weber lebih mendahulukan pemahaman atas realitas yang tampak nyata dari pada mengkaji dan memahami komunitas islam yang dikonstruksi dengan seperangkat nilai (value).  sebagai ilmuwan yang menurut penulis serba bisa kuntowijoyo terus mengembangkan corak berpikirnya, dalam makalah makalah yang di sampaikan dalam berbagai pertemuan,seminar sejak tahun 1970-an menunjukan adanya konsistensi dalam upaya mengonstruksi ilmu sosial yang berpijak pada keilahian, ilmu sosial yang digali dari dalam islam.
Kerangka dasar yang digunakan kuntowijoyo bersumber pada penafsiran Q.S Ali imron 3:110) tafsiran ini tentu merupakan langkah progesif seorang ilmuwan muslim untuk melihat konteks sosial secara ilmiah dengan menggunakan teks islam dan sejarah umat islam, merekonstruksi ilmu sosial dari dalam tradisi islam sendiri, tanpa mengabaikan teori dan metodologi ilmu ilmu modern yang diambil dari tradisi barat, sebagai alat untuk memperoleh dan memproduksi pengetahuan yang sahih dari dalam rahim islam itu sendiri.
Ibn sina mengelompokan kedalam tiga kategori teori ilmu pengetahuan islam, yaitu ilmu ilmu metafisika, ilmu ilmu matematika, dan ilmu ilmu alam atau fisik. Ketiga pemilahan yang dilakukan di atas memiliki basis ontologinya masing masing. Mengenai basis ontologis ilmu ilmu metafisika ini di kemukakan olehIbn khaldun dalam kitabnya yang terkenal muqaddimah kedalam lima bagian yakni. 1 bagian mempelajari wujud sebagai wujud (sering disebut ontologi) 2 bagian yang mempelajari materi umumyang mempengaruhi benda benda jasmani dan spiritual, seperti likuiditas, kesatuan,pluralitas, dan kemungkinan. 3 bagian yang mempelajari asal usul benda yang ada dan menentukan bahwa mereka adalah entitas entitas spiritual (masuk pada kosmologi). 4 bagian yang mempelajari bagaimana cara benda ada dan mempelajari susunan mereka. 5 bagian yang mempelajari keadaan jiwa setelah berpisahnya dengan badan dan kembalinya ke asal atau permulaannya.
Islam menghendaki adanya transformasi menuju transendensi. Transormasi inilah yang akan menjadi core dan dikaji oleh sosiologi dalam perspektif islam. Dalam suatu ceramahnya Mohammad Hatta menyarankan agar lembaga pendidikan tinggi islam menggali konsep konsep islam dalam kehidupan, khususnya ajaran islam mengenai masyarakat. Dalam sosial ini merefleksikan fenomena sosial dalam bingkai islam atau kita sebut dengan perpaduan dua struktur, yaitu struktur pencipta dan ciptaan, inilah yang kita sebut dengan realitas transendensi dan realitas empiris, antara yang melampaui fakta inderawi dan fakta yang tampak nyata. Orientasi transendensi itu merupakan pengakuan tauhid, suatu afirmasi atau pengakuan bahwa Allah itu maha pencipta dan penguasa alam semesta. Tauhid merupakan suatu konsep yang bersifat dinamis, tauhid sebagai pandangan dunia dapat dimaknai sebagai sebuah pandangan umum tentang realitas, kebenaran, ruang dan waktu, dunia dan sejarah manusia.
Setiap manusia yang percaya kepada tuhan (tauhid yang benar) meyakini bahwa Allah adalah pencipta yang telah memberikan segenap makhluk-NYA, suatu wujud yang eksistensial, ia adalah the ultimate cause dari segenap peristiwa atau kejadian atau proses penciptaan. Manusia cerdas dan masyarakat yang teratur yang menjadi core sosilogi harus menempatkan hakikat tuhan yang tidak mendua, karena itu harus ditolak suatu bentuk kehendak dan kekuatan selain Allah, seperti magis, sihir, roh roh halus. Tauhid berlawanan dengan takhayul atau mitos yang menjadi musuh dari ilmu.
Struktur trandensi guna menerapkan teks (al quran dan asunah) yang merujuk ke gejala gejala sosial, jean pigaet mengutip struktur dibagi menjadi tiga . pertama wholenes (keseluruhan). Unsur unsur sebuah struktur tunduk pada hukum yang mengatur keseluruhan sistem itu. Contoh islam (menyerah kepada allah) sebagai keseluruhan dan unsur unsurnya shalat, zakat, dan puasa. Kedua transformation (perubahan bentuk) islam tumbuh dalam waktu yang terentang 23 tahun masa kerasulan nabi. Transformasi dari islam yang semata mata sebagai gerakan keagamaan pada periode mekkah menjadi gerakan sosiopolitik pada periode madinah. Ketiga self-regulation (mengatur diri sendiri) unsur yang bertambah hanya pada dalam wilayah struktur itu, tidak pernah dari struktur luar, ia melestarikan dirinya sendiri. Contoh pengambilan hukum melalui ijma (konsensus ulama) qiyas (analogi,fatwa dan ijtihad selalu menjadikan Al quran dan As sunah sebagai sumbernya).


Untuk memperjelas dan memperkuat kerangka teori dalam menjelaskan struktur sosial masyarakat, ali syariati menawarkan dua paradikma yang berbeda dengan kecendrungan sosiologi barat yang sekuler. Pertama, meletakkan pandangan tauhid sebagai pandangan dasar, pandangan ini menyatakan bahwa kehidupan merupakan bentuk tunggal, oranisme yang hidup dan sadar, memiliki kehendak, perasaan dan tujuan. Kedua, memahami dan mengevaluasi segala sesuatu yang membentuk lingkungan dan  mental.yang semuanya mengerucut pada pembaruan islam (protestanisme islam). Hal ini menjadikan islam sebagai agama yang aktif serta dinamis sehingga dapat menjadi sumber energi yang besar dan memungkinkan seorang muslim yang tecerahkan bisa. pertama, menyaring sumberdaya masyarakat serta merubah kebobrokan menjadi kekuatan dan gerakan, kedua, mengubah konflik antar kelas menjadi kesadaran dan tangung jawab sosial. Ketiga, menjalin hunbungan dan pemahaman antara kaum tercerahkan dengan masyarakat menggunakan agama sebagai basis pergerakan yang bermanfaat untuk masyarakat. Keempat, mencegah agama jaatuh pada orang yang tidak patut dan memanfaatkan agama dengan kepentingan pribadi. Kelima, Melumpuhkan agen – agen reaksoner untuk mencegah kebobrokan masyarakat. Keenam, mengganti semangat peniruan dan kepatuhan dengan semangat pemikiran bebas (ijtihat) yang kritis, revolusioner dan bagus.

No comments:

Post a Comment

tauhid dan munculnya aliran-aliran dalam islam

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Dalam makalah ini, kami berusaha memberikan penjelasan mengenai perkembangan tauhid dan fakt...